您的当前位置:首页 > 焦点 > Perang Dagang AS 正文
时间:2025-06-07 03:50:59 来源:网络整理 编辑:焦点
Warta Ekonomi, Jakarta - Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok tidak hanya meng quickq充值中心
Eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok tidak hanya mengguncang arus perdagangan internasional, tetapi juga mengubah secara fundamental cara negara-negara menyusun kebijakan ekonomi.
Chief Economist PT Trimegah Sekuritas, Fahrul Fulvian, dalam sesi pemaparan Macroeconomic and Bond Market Outlook, menyebut dunia kini memasuki fase baru yang ia istilahkan sebagai A Brave New World. Dalam fase ini, multilateralisme melemah dan kebijakan ekonomi global tidak lagi berbasis aturan bersama (rule-based), melainkan berlandaskan diskresi dan negosiasi.
“Dulu, ada pakem yang bisa kita pegang dalam membuat keputusan. Sekarang semuanya bergeser, kebijakan global makin dipengaruhi oleh agenda politik dan kompromi bilateral,” ujar Fahrul, dikutip Rabu (4/6/2025).
Baca Juga: Update Perang Dagang: Beijing Ungkap Sejumlah Dusta Trump ke China
Ketegangan perdagangan yang terus meningkat antara dua raksasa ekonomi dunia itu telah menciptakan ketidakpastian tinggi dalam sektor perdagangan global. Kondisi ini berdampak langsung terhadap dunia usaha, terutama pelaku ekspor-impor.
Fahrul menjelaskan bahwa kontrak-kontrak dagang jangka panjang semakin sulit direalisasikan karena risiko kebijakan yang tak menentu. “Sekarang, pelaku usaha lebih memilih kontrak 3–6 bulan, bahkan banyak yang bertransaksi tunai. Ini menunjukkan perubahan drastis dalam persepsi risiko,” jelasnya.
Ketidakpastian tersebut turut meningkatkan kebutuhan pembiayaan jangka pendek. Permintaan terhadap modal kerja (working capital) melonjak karena pelaku usaha perlu menjaga likuiditas tinggi dan menghindari risiko piutang jangka panjang.
Baca Juga: Update Perang Dagang: AS Isyaratkan Negosiasi Trump dan Xi Jinping
Menurut Fahrul, yang lebih mengkhawatirkan dari sekadar perang tarif adalah munculnya gejala bahwa dominasi dolar AS sebagai jangkar global mulai melemah, atau yang ia sebut sebagai "dollar exceptionalism is over". Negara-negara surplus seperti Tiongkok dan Jepang mulai mengurangi minat terhadap surat utang pemerintah AS, mengganggu stabilitas ekosistem keuangan global yang selama ini menopang kekuatan dolar.
“Relasi 40 tahun antara yieldobligasi AS dan kekuatan dolar terputus sejak April lalu. Ini bukan hanya gangguan teknikal, ini pergeseran sistemik,” tegasnya.
Di tengah perubahan arah ekonomi global, muncul pertanyaan strategis: bagaimana Indonesia harus merespons? Fahrul menekankan perlunya regulator dan pelaku pasar memahami konteks global dan membangun strategi pendanaan yang lebih mandiri serta adaptif.
“Pasar obligasi lokal harus jadi alternatif strategis. Di tengah gejolak global, kekuatan pembiayaan dalam negeri akan menjadi tameng utama kita,” pungkasnya.
7 Rest Area Populer Tol Trans Jawa, Favorit Disinggahi Saat Mudik2025-06-07 03:33
KPK Kembali Diminta Periksa Bos KBN2025-06-07 03:21
Lukas Enembe Ditangkap KPK, Polda Papua Perketat Keamanan di Mako Brimob Kota Raja2025-06-07 02:55
日本室内设计留学院校该如何选择?2025-06-07 02:44
Paspor Indonesia Ganti Warna, Desain Baru Diumumkan 17 Agustus 20242025-06-07 02:12
日本美术大学留学有哪些申请要求?2025-06-07 01:49
Sidang Narkoba Dody Prawiranegara Mulai Digelar di PN Jakbar2025-06-07 01:43
Kasus Suap Garuda Seret Nama Politikus PAN dan Istri2025-06-07 01:31
Army Bersiap, BTS Pop2025-06-07 01:21
Nasdem Keukueh Tak Mau Mundur dari Kabinet Jokowi, Sempat Disinggung Elite PDIP Soal Sikap 'Gentle'2025-06-07 01:21
Miniso Transmart Resmi Dibuka Hari Ini, Yuk Serbu!2025-06-07 03:49
Pelaku Serial Killer Awalnya Ngaku Dukun, Polisi Selidiki Motif Penipuannya2025-06-07 03:35
Master Class 第二季2025-06-07 02:43
Hari Ini, Pemerintah Resmi Terbitkan Perppu Cipta Kerja2025-06-07 02:40
Polri Pastikan Buronan Harun Masiku Belum Pindah Kewarganegaraan2025-06-07 02:39
Jadi Waketum Golkar, Ridwan Kamil Diminta Menangkan Wilayah Jawa 12025-06-07 02:34
Jokowi Merapat ke PSI? Golkar Angkat Bicara ke Mana Bakal Berlabuh2025-06-07 02:02
北京大兴国际机场迎来首飞,实力告诉你建筑黑科技有多厉害!2025-06-07 01:55
Stop Makan Berlebihan, Ini 5 Bahaya Lemak Trans bagi Tubuh2025-06-07 01:32
Buntut Demo Omnibus Law, Kerugian Mencapai Rp65 Miliar2025-06-07 01:17